Once again I’ve checked one of my 2019 goals, this time, it’s moving back to Bali!! YEAY! Tahun lalu gw sempet tinggal di Bali selama 5 bulan waktu lagi ngambil kursus fashion design, lalu gw meninggalkan Bali selama setahun dan selama setahun itu gw melalang buana di dalam dan luar negeri (my first international travels! Tiga benua sekaligus! haha!). Kalo dulu, gw di Bali hanya untuk belajar (ya I made money online juga sih) dan kalo sekarang gw kesini kerja. So, feelnya agak beda. Begitu juga dengan kalo kamu liburan di Bali yang cuma beberapa hari/ minggu ketimbang dengan beneran tinggal disini for long term. Maka itu lah section Bali Story hadir di blog gw ini, karena ternyata semenjak gw bikin tulisan tentang Bali, traffic ke blog gw naik drastis! Tandanya apa?? Berarti banyak orang Indonesia yang lagi menimbang-nimbang gimana sih rasanya pindah dan hidup di Bali (if you’re not a Balinese).
Dulu, gw tinggal di daerah Denpasar. Daerah Denpasar adalah daerah yang lokal banget dibanding daerah-daerah lainnya di Bali, you hardly find a bule there! So, harga kosannya jauh beda. Dulu pas gw tinggal di Denpasar, gw suka melalang buana ke daerah-daerah lain termasuk Canggu, dan gw rasa saat itu gw suka banget sama vibenya Canggu. Di kalangan turis domestik emang daerah Canggu ini masih belom kedengaran ya saat ini, tapi di kalangan turis internasional–apalagi kalangan travel influencers–Canggu ini kawasan wajib banget lah untuk dikunjungi!
Canggu mempunyai suasana yang berbeda dibanding Ubud yang terlalu spiritual atau Kuta yang terlalu party dan tourist-centric. Canggu adalah gabungan dari keduanya, dekat dengan pantai dan juga termasuk pusat studio-studio yoga keren, seperti Samadi Bali, Serenity, The Practice, Desa Seni, dll. Canggu berkembang pesat setelah bom bali yang menyerang Kuta, sama seperti Ubud. Dulu sebelum tragedi bom Bali, wisata terpusat di daerah Kuta dan Canggu dan Ubud cuma sawah-sawah aja yang banyak membentang dan belum ada cafe-cafe bertebaran seperti sekarang. Dalam 10 tahun, Canggu dan Ubud berubah pesat, bahkan bule yang udah 15 tahun tinggal di Bali pun kaget. Karena dulu mereka ke Canggu waktu Canggu/ Ubud masih desa abis, dan tiba-tiba sekarang udah jadi hips banget dan digadang-gadang menjadi the next Kuta. Harga tanah disini pun naik drastis, orang-orang mengkonversi tanah miliknya menjadi sewa atau ruko dalam sekejap.
Gw ke Canggu setelah Canggu sudah berkembang, apalagi di daerah sekitaran Echo beach. Tapi saat itu masih banyak ditemukan sawah-sawah yang berpadu padang dengan bangunan-bangunan artistik khas Canggu. Belum lagi Canggu adalah salah satu pusatnya para digital nomad, so cocok banget untuk orang seperti gw dan pekerjaan gw yang bergantung pada networking. Atas dasar itu, gw berminat, jika nanti gw balik lagi ke Bali, gw akan tinggal di Canggu.
Setelah setahun meninggalkan Bali dan menetap di daerah Canggu (at this moment), jujur gw shocked melihat perubahan Canggu! Terlalu banyak lahan yang dikonversi untuk tujuan komersil yang belum tentu bersifat jangka panjang. Dulu di sekitaran Echo beach masih banyak sawah, sekarang jumlahnya bisa gw itung pake jari! Secara ekonomi, memang perkembangan daerah Canggu ini membawa dampak yang positif karena warga lokal jadi meningkat incomenya. Dalam jangka panjang, hhhmmm… I dont know. Because these people can leave anytime they want when they think the place is not hype anymore, the one who stays with the damage will be us, the locals.
In terms of the vibe, juga ada sedikit perubahan, masih tetep laid back sih, namun sekarang agak pretentious, terlalu banyak social influencers atau Instagram-star-wannabes. Memang bener, yang bikin betah di suatu tempat adalah orang-orangnya, kalo vibe orang-orangnya udah gengges, bisa bikin tinggal disana jadi gak nyaman.
Gw udah cukup punya pengalaman di coworking space atau tinggal di Canggu, jadi gw gw bisa spot mana orang-orang yang faking to be a digital nomad padahal cuma jalan-jalan doang dan dibayarin orang tua, sama orang yang bener-bener bekerja. Orang yang beneran bekerja biasanya doesnt look fancy atau sering ke tempat-tempat yang lagi happening, beda dengan the wannabes yang gw juga heran ini orang-orang kerjanya gimana kok cuma maen-maen sama anjing dan taking and editing selfies aja. Makanya gw menjauhi daerah Batu Bolong untuk tempat tinggal, kentel banget aura pretentiousnya!
Selain dari itu, I’ve found no problem so far. And I’m just so glad that I live in Bali, nothing can really annoy me much!!
0 Comments