Dari kecil aku emang suka gambar dan suka membuat sesuatu, apa pun itu (termasuk membuat kegaduhan, haha). Tapi sayangnya minat dan bakat ini gak disalurkan oleh keluarga dan orang tua karena difikirnya hanya main-main dan di mata orang tua gw mungkin seni bukanlah pilihan hidup yang tepat.
Alhasil gw kuliah di jurusan Sastra Inggris dan kerja di lembaga konservasi lingkungan hidup internasional. Setelah beberapa tahun gw mulai jenuh dan berfikiran, gw ini sebenernya tujuan hidupnya apa sih, yang beneran bikin gw senang itu apa dan gw mau dikenal sebagai apa. Pekerjaan gw saat itu sangat baik dari ilmu, pengalaman, dan gaji, namun gw merasa sudah saatnya gw mulai fokus mengembangkan diri gw di bidang yang memang gw suka dan tidak terikat untuk pergi ke kantor atau dinas ke hutan belantara. So, gw memutuskan untuk mempelajari fashion design, namun gw bukan orang kaya, gw gak akan mampu untuk bayar biaya sekolah fashion yang biayanya selangit, belum lagi ditambah biaya hidup dan biaya per project nanti, lebih mahal lah dari biaya kuliah kedokteran paket ekstensi.
Bukan cuma dari masalah biaya, I also couldnt afford another 4 years of study, I didnt have the time, kecuali gw anak bangsawan yang mau kerja apa gak pun gak masalah. So gw menggunakan uang tabungan gw dan kerja apa aja yang bisa dikerjain untuk ngumpulin duit (dari ngajar sampe crypto trading pun gw jabanin) untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.
Walau pun gw bukan lulusan sekolah fashion, gw gak mau punya kemampuan yang malu-maluin, seenggaknya gw harus mengerti basic dari apa yang mereka pelajari di perkuliahan, baik dari elements and principles of fashion design, illustration, construction, textiles, manufacturing dll. Karena gw percaya bahwa everything in life can be learned, dan di zaman internet ini, akses belajar melimpah, asal ada niat dan mau ngeluangin waktu. Alhasil, walau pun masih merintis, tapi sekarang gw udah merasakan menghasilkan uang dari dunia fashion design. Ini berdasarkan pengalaman gw sendiri, apa aja yang gw jalanin untuk menjadi seorang fashion designer.
Menurut gw, banyak prasangka yang salah tentang dunia fashion dan title menjadi seorang fashion designer. Orang hanya tau luarnya aja dan hanya mau menjadi bagian luarnya aja, yang kesannya glamor dll. Terutama di Indonesia sendiri, banyak kita lihat figur designer, namun yang bener-bener melakukan tugas fashion designer mungkin gak seberapa. Bisa dibilang, kita beruntung tinggal di negara buruh, jadi upah para penjahit gak setinggi di luar negeri. Penjahit di negara maju pada kaya-kaya lho, karena pekerjaan skill dan custom products itu dihargai nilai tinggi. Sehingga lulusan sekolah fashion luar negeri, seperti Parson dll, memang diwajibkan untuk bisa menjahit sendiri, malah ada training dimana mereka disuruh menjahit 100 T-shirt untuk melatih dan membiasakan keterampilan mereka.
So, di Indonesia, bisa dibilang, kalo ada modal untuk beli kain dan mengupah penjahit, seseorang bisa jadi designer dan mulai menjual jasanya asal pintar membuat koneksi. Kalo punya modal lebih banyak lagi malah mampu menyewa orang lain yang lulusan fashion untuk merancang sebuah koleksi untuk dia. Apakah ini salah? Well, gak juga, rezeki orang berbeda-beda. Toh dia masih masih terlibat dalam proses design, walau pun gak terlibat penuh. Kalo di luar negeri, yang bisa mencapai posisi ini hanya nama-nama besar seperti Chanel, Prada, John Galliano, dll. Namun mereka menjalani proses yang sangat panjang untuk bisa sampai di posisi itu, John Galliano misalnya, doi bekerja di bawah nama orang lain selama 20 tahun sebelum menjadi sebesar sekarang. Namun di negara kita, proses itu bisa di short cut, itulah rezeki negara kita. Namun, yang perlu diingat, gak semua orang terlahir punya modal lebih dari cukup, seperti gw misalnya. Dan menurut gw, mengutip dari salah satu guru fashion gw yang sangat gw hormati, Zoe Hong, “Skills yang kamu kuasai atau tidak kuasai akan menentukan atau membatasi kamu akan jadi designer seperti apa.”
Yup, bener banget. Gw gak bisa bergantung sama yang namanya ‘hoki’. Gak mungkin seorang designer namanya di atas terus, terlebih lagi, gw gak mau kerja bergantung dengan lokasi. Banyak orang yang gak bisa pindah tempat tinggal karena udah terlanjur usahanya di suatu daerah. Orang yang punya ilmu dan skill yang lebih akan tau caranya untuk naik lagi ketika dia terjatuh. Ilmu dan kemampuan yang kita punya juga memberikan pilihan untuk gak selalu menjadi pengusaha dan berdiri sendiri. Kalo kita cuma bergantung sama penjahit dan modal nyontek model di Pinterest, kita jadi mau gak mau harus usaha sendiri, dan usaha gak selamanya berada diatas angin. Ketika usaha jatuh, akan susah kalo mau ngelamar kerja. So, in the end it’s up to you, mau jadi designer yang seperti apa, sama contohnya dengan pekerjaan lain, misal guru, what kind of teacher do you want to be?
- LEARN WHAT FASHION DESIGN IS ABOUT AND WHAT A FASHION DESIGNER IS
Pelajari basic dari design dan fashion itu sendiri. Banyak-banyak meng-google kurikulum perkuliahan sekolah fashion design dan mulai mencari informasi tentang masing-masing subject. Kalo gw sih, gw banyakin searching textbooks apa yang mereka gunakan untuk panduan pembelajaran dan gw search PDFnya, atau kalau gak ada ya terpaksa harus beli bukunya dari luar negeri dan harganya memang agak mahal. Tapi sebanding dengan ilmu apa yang didapat, karena kalo kita hanya bergantung sama resource berbahasa Indonesia, gak akan pernah cukup, kita masih sangat jauh ketinggalan. Gw memang bukan sarjana fashion, tapi ternyata pengetahuan gw gak kalah dengan mereka yang sudah lulusan fashion design, terutama sarjana fashion design universitas dalam negeri. Sudah banyak kok gw ketemu mereka yang tadinya lulusan SMK tata busana, lalu kuliah tata busana juga, namun ternyata pengetahuan dan kemampuannya di bawah gw dikarenakan mereka hanya bergantung dengan ilmu yang dikasih sama guru/ dosen mereka dan gak rajin untuk belajar dari sumber lain. Padahal ilmu itu selalu berkembang.
Dengan mempelajari benar-benar fashion design, kita jadi bisa tau siapa aja yang terlibat dalam pembuatan sebuah koleksi dan pilihan karir apa aja yang tersedia. So, pilihan karir di dunia fashion itu gak sesempit pemahaman awam tadi yang harus punya modal banyak. Contohnya gw sekarang, kalo gw hanya bergantung dari penjualan baju gw, ya gw gak bisa makan dong, secara creative works take time to take off, gw belum punya nama dan memulai dari bawah. Namun gw bisa menghasilkan juga masih dalam dunia fashion dengan kemampuan gw di dunia fashion yang lain, seperti freelance flat sketching and technical design. Apa itu? Ya di google, yak!
2. GET A TRAINING AND FIND A MENTOR
Kalo dibilang bener-bener otodidak, seseorang gak akan bisa bener-bener menjadi fashion designer, karena di bidang tertentu memang perlu guru dan proper training. Ada bidang dari fashion design yang lo bisa pelajari sendiri, tapi ada juga bidang yang kita memang mau gak mau harus mempunyai training yang cukup, seperti contohnya patternmaking dan menjahit. Walau pun kamu gak berencana untuk menjahit bajumu sendiri nanti, gak ada salahnya kita mengerti pengetahuan basic construction itu seperti apa. Gw punya temen (bule) yang jadi designer di Bali tapi langsung terjun bebas ke bisnis tersebut tanpa punya skill dan punya product, alhasil dia menghabiskan waktu dan uang yang banyak karena cuma satu masalah yang basic banget. Orang yang sudah mengerti basic, setidaknya gak akan membuat kesalahan sebanyak itu.
Namun untuk meminimalisir biaya pembelajaran, gw mensiasati dengan mengambil les jahit privat saja, untuk teori kebanyakan gw belajar sendiri dari internet dan buku. Namun gw juga mengambil les dengan seorang designer yang gw udah tau kualitasnya dan memiliki kredibilitas akademik, untuk mengetahui lebih dalam dunia fashion itu seperti apa sih, dan juga untuk mendapatkan feedback dan arahan design gw. Kalo belajar, dibilang gratis banget ya gak ada. Bahkan mau daftar beasiswa pun kita harus keluar modal kan, biaya tes TOEFLnya lah, medical check up, translate ijazah, dll.
3. PRACTICE AND SELF-DISCIPLINE
Bedanya dengan orang yang kuliah fashion, mereka mau gak mau harus ngikutin struktur, sehingga mereka punya timeline yang terukur. Sedangkan kita yang otodidak bergantung dengan disiplin diri kita sendiri. Ini yang paling susah dan gak semua orang bisa untuk fokus selama berjam-jam, berhari-hari dan berbulan-bulan untuk mempelajari suatu bidang.
4. DOCUMENT YOUR PROGRESS
Seringnya karena belajar sendiri, kita jadi gak tau progress kita ini udah sampe mana, beda dengan mereka yang sekolah, mereka punya grading yang lebih jelas. So, kita jadi ngerasa kok kayaknya pengetahuan gak nambah ya. Untuk mencegah itu, coba bikin track record setiap harinya belajar apa, walau pun hanya belajar 1 jam. Nanti misalnya sudah 100 hari, kita bisa melihat ke belakang kalo memang kita sudah berkembang dari kita sebelumnya.
5. BUILD YOUR PORTOFOLIO, NETWORK AND REACH OUT TO PEOPLE
Mulai lah mencicil dengan membuat karya, mau karya tersebut ada yang beli apa enggak, yang penting dibuat dulu. Disitu lah kita mengukuhkan kalo kita sudah memulai karir ini dan memberitahukan kepada orang lain tentang apa yang kita kerjakan. Portofolio itu mungkin gak berefek instan, tapi kita gak tau di kemudian hari seperti apa. Mungkin client gak butuh saat itu, tapi ketika nanti tiba saat dia butuh, dia tau bakal kemana.
6. NEVER STOP LEARNING AND ALWAYS IMPROVISE
Sudah menghasilkan karya bukan berarti tahap pembelajaran berhenti disitu. Semakin gw mempelajari suatu bidang semakin gw merasa gw gak tau apa-apa karena ternyata bidang fashion design itu luas dan dalam banget. Bahkan gw punya temen yang lulusan Parson pun bilang, gak akan cukup rasanya mempelajari fashion design selama 4 tahun itu, karena banyak banget ilmunya dan selalu berkembang. Nah lho, doi yang lulusan Parson aja bilang gitu, apalagi kita yang belajar otodidak, harus lebih semangat lagi! Hehe.
Dan kita juga harus pinter berimprovisasi dengan langkah dan karya kita, karena seperti yang gw bilang tadi, creative works take time to take off. And sometimes we fail, sometimes we succeed. So, if plan B doesn’t work, think about and execute plan C to Z!
Just never give up, every thing worth having never comes easily.

0 Comments